A. Konsep Dasar Pielonefritis
1. Definisi
Pielonefritis
adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri.Infeksi bakteri pada jaringan ginjal
yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.
Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum= piala
ginjal).
2. Etiologi
a) Bakteri E. Coli.
b) Resisten terhadap antibiotik.
c) Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
d) Infeksi aktif.
e) Penurunan fungsi ginjal.
f) Bakteri yang menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.
3. Patofisiologi
Bakteri
Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi.Inflamasi ini
menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar
ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis,
prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal
dari darah (descending).
4. Klasifikasi
Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Pyelonefritis akut.
Pyelonefritis kronik.
Pyelonefritis
akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi
tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang
terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari
saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan
selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi.
Pielonefritis
kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena
faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada
wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis
akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
5. Manifestasi Klinik
Pyelonefritis akut
ditandai
dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang ginjal.Pada
pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,
nyeri pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya
tenderness.Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel
darah putih.
Pyelonefritis kronik
Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang.Sehingga kedua ginjal perlahan-lahan mejadi rusak.
a) Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang sfesifik.
b) Adanya keletihan.
c) Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun.
d) Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun.
e) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
f) Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
g) Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
6. Evaluasi Diagnostik.
Suatu
urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui
lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi adalah
penting untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran.Kultus urine dan tes
sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga
agens antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.
7. Penatalaksanaan
Pasien
pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi
antimikrobisl ysng intensif. Terapi parental diberikan selama 24 sampai
28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agens oral dspst
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif
apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncegah
perkembangbiakannyabakteri yang tersisa, maka pengobatan pyelonefritis
akut biasanya lebih lama dari pada sistesis.
Masalah
yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala.
Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus
diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti adanya infeksi
tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan,
dan fungsi ginjal stabil.Kadar keratininserum dan hitung darah pasien
dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.
Penatalaksanaan
agens antimokrobial pilihan di dasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin,
nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimetrhopim dapat
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri.Fungsi renal ketat, terutama
jika medikasi potensial toksin bagi ginjal.
B. Asuhan Keperawatan Pielonefritis
Pengkajian
1) Identifikasi Pasien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2) Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
nyeri punggung dibawah dan disuria.
b. Riwayat penyakit sekarang
masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi.
c. Riwayat penyakit dahulu
mungkin pasien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelunnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
ISK bukanlah penyakit keturunan.
3) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
kurangnya pengetahuan pasien tentang pencegahan.
b. Pola istirahat dan tidur:
istirahat dan tidur pasien mengalami gangguan karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eliminasi
pasien cenderung mengalami disuria dan sering kencing.
d. Pola aktivitas
aktivitas pasien mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang datang.
4) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : normal / meningkat
Nadi : normal/ meningkat
Respirasi : normal/ meningkat
Temperatur : normal/ meningkat
b. Data fokus
Inpeksi : frekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi : suhu tubuh meningkat atau tidak
Perkusi : resona
Diagnosa
1. Nyeri dan ketidaknyamanan b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur urinasius lain.
2. Perubahan pola eliminasi b/d obstuksi pada kandung kemih atau pun stuktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Intervensi
Diagnosa 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur urinasius lain
Kriteria hasil :
tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul.
No. Intervensi Rasional
1.
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri. Membantu mengevaluasi tempat obstroksi dan penyebab nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
4. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus relaksasi. Membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
5. Berikan perawatan perineal. Untuk mencegah kontaminasi uretra
6.
Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per
hari. Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan
naik ke saluran perkemihan.
7. Kolaborasi
Konsul
dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Pola berkemih berubah, sering berkemih dengan
jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, meneter setelah berkemih. Nyeri
menetap atau bertambah sakit. Temuan-temuan ini dapat memberi tanda
kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas.
8. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya. Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri.
9.
Memberikan antibiotik. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk
air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari. Akibat dari haluaran urin
memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran berkemih.
Diagnosa 2
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih atau pun struktur traktus urianarius lain.
Kriteria hasil:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria).
No. Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Peningkatan hidrasi membilas bakteri
3. Kaji keluhan kandung kemih penuh. Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandungan kemih/ginjal).
4.
Observasi perubahan status mental: perilaku atau tingkat kesadaran.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada susunan saraf pusat.
5. Kecuali dikontaminasikan: ubah posisi pasien setiap 2 jam. Untuk mencegah status urin.
6. Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin. Pengawasan terhadap disfungsi ginjal.
7. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin. Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman
8.
Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obatan untuk
meningkatakanasam urine. Peningkatan masukan sari buah dapat berpengaruh
dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
.
Diagnosa 3
Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria hasil:
Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
No. Intervensi Rasional
1.
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang. Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2.
Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik:
tujuan, gambaran singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan,
perawatan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik.
3.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatan sesudah
pemeriksaan. Instruksi verbal dapat dengan mudah untuk dilupakan.
4.
Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah
berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan
bakteri.
5.
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan. Untuk mendeteksi isyarat indikatif
kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana
terapeutik.
Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien
Evaluasi
1. Pasien tidak merasa nyeri waktu berkemih.
2. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital stabil, masukkan dan keluaran urine seimbang.
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
4. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan pengobatan.
0 komentar:
Posting Komentar